Bidadari dan Uang adalah sebuah cerita dewasa yang akan saya tuliskan hari ini. Cerita ini cukup menarik untuk dibaca. inilah ceritanya :
Sedang asyik bermimpi dalam pelukan bintang dan bermain dengan peri-peri kecil, tiba-tiba terdengar suara ketukan yang membangunkan aku dalam gelapnya malam.
Rasa sedikit mengantuk masih ku rasa, waktu saat itu menunjukan pukul dua pagi, lalu ku bergegaslah aku membukakan pintu. Ternyata itu adalah bunda. Bunda memang terbiasa pulang hingga larut seperti ini. Karena Bunda bekerja sebagai cleaning service di suatu hotel.
Di dalam hati aku berkata “Andai saja ayah masih hidup pasti bunda tidak akan bekerja keras, namun mau tidak mau inilah takdir yang aku jalani bersama bunda”.
Oh ya nama ku Vira Sukmawijaya, biasa dipanggil Vira oleh teman-teman di SMA ku, nama Sukmawijaya itu adalah Ayahku. Ayahku adalah seorang pegusaha yang sukses saat beliau masih hidup namun karena terbelit hutang maka semua harta benda telah lenyap dan ayah pun saat itu sakit-sakitan hingga sebuah ajal menjemputnya.
Mungkin hidupku saat kecil sangat terlalu dimanjakan oleh ayah, mau apa saja tinggal tunjuk dan pasti dituruti oleh beliau. Namun kini bundalah yang bekerja untuk menyambung hidup. Banting tulang Bunda membesarkanku dan menyekolahkanku.
Kembali ke aktifitas saat itu hari sudah menujukan pukul 6, saatnya aku untuk berangkat sekolah, namun ku tidak sempat untuk berpamitan lantaran aku tidak tega untuk membangunkan bunda yang tengah dalam keadaan terlelap atau mungkin bunda sedang asyik bermimpi bertemu ayah.
Sesampainya di sekolah seperti biasa Jody menyapaku. Oh ya Jody adalah teman karibku, sejak kecil. Jody banyak membantu dalam urusan biaya sekolahku, Jody itu adalah anak rekan kerja ayah sejak dulu mungkin karena orang tua Jody banyak dibantu oleh ayah lantas kebaikan yang diberikan Jody dan orang tuanya merupakan balas budi. Entah bagaimana aku bisa membayar semua budi baiknya kepada ku dan keluarga ku.
Aku dan Jody kini tengah fokus dalam sebuah kompetisi antar sekolah. Kita berdua terpilih karena kita berdua memiliki prestasi yang bagus di sekolah.
Hari itu Jody mengajak ku toko buku untuk mencari bahan koleksi bacaan buku Jody. Setelah jam sekolah pun berakhir bergegaslah aku dan Jody untuk pergi.
Sesampainya di toko buku, aku dan Jody pun memisahkan diri karena kita memiliki selera bacaan yang berbeda.
Ketika aku berada disebuah stand buku sastra, ada seorang lelaki yang juga ikut membaca disampingku. Secara kebetulan aku pun ingin mengambil sebuah buku dan lelaki itupun juga mengambil buku yang sama.
Lalu dengan rasa malu aku melepas tanganku dari buku tersebut namun pria tersebut justru memberikan buku tersebut. Rasa malu sangat terpancar diraut wajahku.
Setelah ia berikan buku itu kepadaku dan kami saling berdiskusi tentang buku itu dan kamipun saling berkenalan. Jujur saat itu aku kagum denganya karena dia smart dan tampan.
Nama pria itu adalah Dery dia, karena asiknya kami ngobrol aku sampai lupa kalau aku ke toko buku bersama Jody. Dan jody pun menghampiri lalu ku kenalkanlah dia dengan Dery.
Hari sudah petang maka ku dan Jody memutuskan pulang ke rumah. Sepanjang Jody sempat mengatakan kalau Dery itu seperti pria aneh.
Ketika sampai di rumah, Bunda sudah menyambutku. Kebetulan Bunda tidak pulang sampai larut malam jadi aku bisa banyak sharing dengan Bunda.
''Bunda tahu nggak hari ini aku kenal sama cowok pas aku di toko buku tadi, dia tuh ganteng dan pinter banget,'' ucap diriku.
Lalu bunda pun memberiku sebuah nasihat kepada ku.
''Vira, kamu itu sekarang sudah gadis loh! harkat dan martabat mu sebagai wanita itu harus kamu jaga seutuhnya. Jadi memilih teman terutama laki-laki harus hati-hati,'' tegas Bunda.
Lalu aku pun memeluk Bunda dengan eratnya dan selalu mengingat apa yang baru saja diucap oleh bunda.
Semakin hari aku dan Dery semakin akrab, hampir setiap hari Dery selalu menjemputku saat pulang ke sekolah.
Pagi, siang, malam pikiranku hanyalah Dery. Hadirnya Dery seakan membuat hidupku menjadi lebih berwarna.
Cukup lama aku mengenal Dery ternyata timbullah benih-benih cinta diantara kita berdua. Hingga suatu ketika Dery pun menyatakan cinta di suatu tempat yang sekelilingnya dipenuhi lilin dan bunga-bunga indah. Wanita mana yang tak akan senang bila diperlakukan seromantis mungkin.
Tanpa pikir panjang aku pun menerima pernyataan cinta Dery. Ini kali pertama aku memiliki pacar. Namun aku belum berani untuk mengatakan kepada Bunda tentang hubungan ini maka mau tak mau aku harus menjalani backstreet.
Hanya Jody saja yang tahu hubunganku, ku pikir Jody tidak akan senang dengan berita ini namun Jody juga senang dengan kabar tersebut.
Hampir setiap hari Dery menemaniku dan hari-hari ku hanya ku habiskan bersamanya. Suatu ketika aku diajak Dery untuk ikut menghadiri pesta ulang tahun temannya. Karena Bunda sedang bekerja kala itu ia bekerja shift malam.
Aku pergi bersama Dery tanpa sepengetahuan Bunda. Saat itu aku dijemput Dery pukul 9 malam. Sesampainya di tempat di acara yang kita tuju, Dery mengenalkan ku kepada temannya bernama Alex.
Saat ku menginjakan tempat itu aku merasa aneh. Suara musik dan lampu yang gemerlap membuat ku sedikit kurang nyaman.
Ku sempat meminta kepada Dery untuk mengantarkan ku pulang namun Dery menyakinkanku untuk tetap disini.
Dery memberikan ku segelas minuman, entah itu minuman apa. Sepintas rasanya enak, namun lama-lama kelamaan aku pun merasa pusing. Dan disaat ku merasa pusing aku pun Dery memberiku obat.
Dia bilang dengan meminum obat itu pusing ku bisa hilang. Lalu ku minumlah, setelah ku minum efek yang ku rasakan badanku serasa enteng dan terbang.
Ayam jantan pun telah berkokok dan subuh pun tiba, kira-kira pukul 5 pagi aku baru sampai rumah. Aku pulang mungkin masih dalam keadaan mabuk.
Bunda yang sedang beribadah melihat kedatanganku dalam keadaan yang tidak normal. Bunda sangat tertegun sampai-sampai Bunda menangis pun tidak ku hiraukan, justru aku langsung mengurung diri dalam kamar.
Mungkin karena aku dalam keadaan mabuk, aku pun tak tahu apa yang terjadi. Ketika aku bangun Bunda pun sudah mengelus-elus rambut ku.
Lalu pun ia berkata kepadaku tanpa sedikit pun marah.
''Kemanakah kamu semalam nak, sampai setan merasuk tubuh mu saat subuh tadi, Bunda kecewa denganmu'', ucap Bunda sambil memberikan ku air putih.
Aku tak tahu harus jawab apa, karena aku sangat malu begitu perhatian Bunda dengan ku. Meski aku telah berbuat salah. Lantas aku pun menangis dipelukan Bunda.
Langit telah berubah Pergantian tugas bintang yang menerangi malam dengan Matahari, Setelah kejadian kemarin aku tidak masuk sekolah padahal tugas penting membawa nama baik sekolah namun aku tidak bisa hadir karena kejadiaan saat itu.
Setibanya sampai di sekolah, teman-teman ku melihat ku dengan wajah yang menggambarkan kekecewaan saat ku sapa mereka hanya diam dan mempalingkan muka.
Tiba-tiba Jody menarik tangan ku dan berkata mengapa semua teman menjadi sinis kepadaku.
''Kamu liat, wajah teman-teman kita terhadap kehadiran kamu. Mereka sangat kecewa kemana kamu saat perlombaan antar sekolah? Kamu tahukan kita ini partner mewakili sekolah kita. Tapi apa! kamu tidak hadir dan hingga pada akhirny sekolah kita didiskualifikasi,'' dengan marah Jody berkata.
Sumpah ucapan itu membuat aku lebih bersalah, karena kejadian waktu itu hingga membuat aku tidak masuk sekolah padahal aku harus mengikuti lomba antar sekolah malah aku tidak hadir.
Entah bagaimana aku, harus membalikkan keadaan menjadi seperti semula. Hanya dengan kata maaf pun juga tidak bisa membalikan suasana menjadi seperti semula.
Waktu pulang sekolah telah tiba, dan Dery pun menjemputku. Dery mengajak ku ke sebuah kafe untuk menjelaskan semua permasalahan, aku mencoba menolak tapi tidak bisa.
Sepanjang jalan aku ceritakan semua masalah, yang telah terjadi dan ada kepikiran untuk mengakhiri hubungan. Tapi Dery menolaknya, dan Dery pun meminta maaf dan berjanji untuk tidak akan mengulangi.
Sejak kejadian itu aku dan Dery memutuskan untuk long distance, karena aku harus fokus lulus sekolah sedangkan Dery melanjutkan kuliahnya di Bandung. Aku hanya berkomunikasi melalui telepon saja. Karena kita memang terpisah jarak dan waktu.
Setelah aku dinyatakan lulus sekolah, aku pun mendapatkan beasiswa masuk perguruan tinggi di Bandung. Aku sangat senang karena aku bisa meraih prestasi yang membanggakan untuk Bunda dan ini membuat kesempatan bertemu dengan Dery setelah satu tahun lamanya.
Selepas SMA seakan semua memiliki kehidupan masing sejak lulus SMA aku harus kehilangan sahabat karibku Jody yang melanjutkan kuliah di Australia. Banyak kenangan aku dengan dia dan jasanya juga tak akan pernah ku lupakan.
Tinggal jauh dari orang tua memang sangat berat, sebenarnya aku tidak tega meninggalkan Bunda sendirian di rumah namun Bunda telah menyemangati aku untuk menempuh pendidikan agar tercapai semua impianku.
Satu pesan yang diberikan Bunda kepadaku bahwa sebebas apapun anak merpati terbang pasti ia akan mengingat induknya dan setinggi apa pun merpati terbang dia bisa terjatuh karena kesalahannya sendiri.
Hingga di stasiun Kereta api telah membunyikan tanda keberangkatan dengan berat aku harus melepaskan pelukan erat ku dari Bunda.
Tibanya aku di Bandung, aku langsung menuju ketempat kost-an yang direkomendasikan oleh temanku. Tempatnya tidak jauh dari dimana aku kuliah dan biayanya yang murah.
Termenung aku di kota kembang ini “ Ini awal aku menapakan dengan restu seorang ibu yang membuat mental untuk bisa meraih mimpi, bukan sebuah mimpi bila kita hanya tetap melamun dalam kebimbangan. Bumi, Langit, udara dan air beserta isinya akan selalu menjadi bagian hidup yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan.
Tak butuh waktu lama aku mendapatkan teman, namanya Cita, dia adalah teman ku yang ngekost sama denganku. Beberapa hari aku di Bandung, aku pun juga bertemu dengan Dery. Ku ajak Dery ketempat dimana aku tinggal. Tak lupa ku juga mengenalkan dia dengan Cita teman kost ku.
Berbicara tentang Cita, ia bukanlah seorang mahasiswi melainkan dia bekerja. Namun yang ku heran entah dia bekerja dimana karena dia sangat tertutup.
Cita sangat baik dengan ku, dia selalu mentraktirku makan. Lagi-lagi timbul pertanyaan dalam benakku darimana ia bisa mendapatkan duit itu padahal ku jarang sekali melihat pergi bekerja.
Tapi Cita pernah mengajak ku sebuah tempat dimana semua itu adalah wanita-wanita cantik layaknya bidadari. Hingga pada akhirnya aku menyadari bahwa Cita merupakan seorang agency model. Karena aku memiliki fisik yang cantik Cita pun menawarkan ku untuk melakukan pemotretan perdana.
Ku pikir ini sangat menjanjikan sekali, karena ku memiliki fisik yang bagus maka sebuah majalah dewasapun mengontrakku.
Karirku semakin menanjak, dan banyak sekali tawaran pemotretan. Aku pun mendapatkan sebuah fasilitas berupa mobil dan tempat tinggal. Ini membuat mendapatkan segalanya dari profesi ku sehingga aku tidak perlu lagi tinggal di tempat kost.
Karena jadwal yang terlalu padat dan aku tidak bisa bekerja sendiri maka dery pun menjadi manajerku. Foto-foto sudah dimuat diberbagai majalah-majalah dewasa. Dan aku pun sudah semakin akrab dengan lampu blitz kamera.
Semakin menanjak karir ku semakin bebas kehidupan ku karena akau memiliki uang, disatu sisi aku memiliki pacar yang ku pikir dia setia karena Dery pula aku banyak mengenalkan tentang kota Bandung bahkan kehidupan malam di Bandung.
Sebenarnya aku takut dengan tempat seperti itu dan sempat menolak. Karena teringat kejadian waktu itu, namun aku tak bisa menyangkal permintaan Dery karena sebuah ucapan yang menyakinkanku.
Lama-lama kelamaan aku pun semakin akrab dengan dunia malam. Hampir tiap minggu aku mengujungiku.
Aku memang sekali berpergian ke luar kota Bandung dan sempat singgah di Jakarta namun apa daya karena sebuah jadwal yang padat aku tak bisa pulang ke rumah untuk bertemu Bunda.
Sudah hampir satu tahun semenjak aku menjadi model aku tidak kembali ke rumah padahal Jakarta Bandung tidak terlalu Jauh namun sekali lagi ku harus bersikap professional pada tuntutan kerja.
Selama menjadi model, aku selalu mengirimkan uang untuk kehidupan Bunda di Jakarta. Bunda yang kini tinggal bersama Sumi saudara sepupuku yang menemani Bunda sehari-seharinya selalu ku penuhi segala kebutuhannya.
Tiba-tiba aku termenung pada sebuah pepatah yang mengatakan semakin tinggi pohon semakin pula angin kencang yang menerpanya. Itu yang ku rasakan kali ini.
Sudah berapa hari aku tak dapat kabar dari Dery aku telah mencari tahu keberadaan ia. Karena semua uang ku, ku titipkan kepadanya.
Suatu ketika musibah datang kepadaku, dimana aku harus pulang ke Jakarta karena aku mendapatkan kabar bahwa Bunda sakit.
Mendegar kabar tersebut aku langsung seketika berangkat ke Jakarta. Sedikit penyesalan yang terjadi pada diriku, karena selama ini aku hanya sibuk untuk mencari lembaran-lembaran Rupiah.
Yang ada dipikiranku hanya rupiah hingga aku tidak memiliki waktu untuk Bunda. Setelah sampai di rumah sakit pun aku tidak bisa memeluk Bunda karena terkapar lemah tanpa sadar. Yang ada pada saat itu aku hanya bisa berdoa.
Sumi yang menemani ku di rumah sakit, dan Sumi pun menceritakan tentang apa yang menyebabkan hingga Bunda menjadi seperti itu. Sumi mengatakan Bunda mendadak serangan jantung karena melihat sebuah foto ku tanpa sehelai busana.
Entah siapa yang menyebarkan foto, tersebut sejujurnya profesi ku saat itu aku rahasiakan dari Bunda karena bila tahu pasti dia akan menolakku. Foto itu merupakan ulah tangan jahil yang sengaja mengambil gambarku tanpa sepengetahuanku.
Ketika aku mendengar kabar tersebut sentak membuatku sangat menyesal. Ternyata profesi yang ku jalani penuh dengan tantangan bahkan menjatuhkan martabat ku sebagai wanita.
Aku mencoba menelpon Dery untuk mengusut masalah ku ini namun tak ada kabar darinya. Lalu ku lupakan masalahku untuk hingga menunggu Bunda sadar dan pulih dari komanya.
Uang dan uang yang ku pikir semua akan bahagia dengan uang, layaknya bidadari cantik aku berlenggak lenggok dan semua orang melihat ku. Karena aku manusia yang butuh hidup dan uang menjadi prioritas. Tak salah aku berkata kalau aku ini bidadari uang.
Aku yang tertegun dalam doa, aku tenggelam dalam larutnya air mata ketika suster meminta ku untuk masuk ke ruang ICU karena Bunda yang siuman dan ingin berbincang.
Suara alat detak jantung yang menempel di dada Bunda dan selang nafas membuat Bunda berbicara dengan sekuat tenaga.
''Maaf kan Bunda nak, mungkin Bunda sudah gagal dalam mendidik kamu. Maafkan Bunda nak,'' ucap Bunda.
Aku hanya bisa menangis dipelukan Bunda, aku tidak mau Bunda terus menangis. Bunyi suara panjang dari monitor jantung berbunyi lurus dengan gugup pun aku langsung memanggil suster dan dokter.
Namun Tuhan sayang dengan Bunda hingga malaikat telah menjemput Bunda untuk berhenti mengikuti putaran dunia selamanya.
Hancur dan hancur, seakan teriakan dan tangisan ku tak bisa menjadi perminta maafa ku kepada Bunda. Sumi yang memelukku juga larut dalam kesedihan yang menghancurkanku. Taburan bunga yang menghampar di atas nisan Bunda membuat penyesalan, seakan-akan hidupku sudah tak berarti.
Gelap malam dimana hanya ada aku dan kenangan. Aku belum bisa berhenti menangisi kepergian Bunda meski aku harus mencoba untuk ikhlas dan merelakannya.
''Tuhan aku hanya meminta kepadaMu berikan Bunda surgaMu, aku tak tahu mengapa Kau cepat memisahkanku denganya. Padahal aku ingin membahagiakan uang hasil kerja keras yang selama ini ku lakukan untuk Bunda namun semuat jadi tidak berarti. Jika Engkau ingin menghukumku hukumlah aku Tuhan namun mengapa Engkau justru memisahkan ku dengan Bunda,'' berdoa aku sambil membuka foto kenangan indah.
Berapa minggu Bunda yang telah pergi, aku harus kembali ke Bandung untuk menyelesaikan semua masalahku. Tersimpan foto indah kenangan ku dengan Bunda yang selalu ku lihat setiap saat.
Kedatangan ku ke Bandung membuat lengkap penderitaan ku. Karena sibuknya aku di dunia model sehingga banyak waktu kuliah yang jarang ku hadir sehingga aku di DO dari kampus karena aku sudah melanggar ketentuan kampus.
Tidak hanya itu agency model sudah memutus kontrak kerja ku. Karena kasus beredarnya foto-foto syur yang sebenarnya bukan aku yang melakukanya. Dan aku melanggar perjanjian yang ada di kontrak. Lantas semua fasilitas yang telah diberikan dari mobil hingga rumah kini sudah bukan milik ku lagi.
Aku tak tahu apa yang aku lakukan di kota Kembang ini. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk menginap di tempat Cita.
Sesampainya di kost aku langsung menemui Cita, berharap ia mau mendengarkan keluh kesah ku dan memberikanku sebuah bantuan namun sebelum mengetuk pintu aku mendegar suara yang tidak asing di telingaku.
Ketika aku ketuk pintu ternyata orag yang membukakan pintu untukku adalah Dery, sentak ini mebuat aku terkejut dan tak bisa ku pendam lagi amarahku kepada Dery.
''Jadi beginikah kalian, memanfaatkan segalanya dari keluguan dan kebodohan ku. Sumpah aku tak menyangka kalau kamu tega, kau ambil semua uangku dan kini kalian tertawa di atas penderitaanku. Baik aku nggak akan ganggu kalian berdua sekarang nikmatilah kesenangan kalian berdua,'' teriak aku.
Lengkap semua penderitaan yang telah ku alami, hingga pada titik jenuh aku pun kehilangan arah tak lagi ku kenali mana malam yang bertabur bintang mana matahari yang bertabir senyum. Semua kini telah lenyap.
Merenung aku di sebuah taman kecil tak ada satupun yang ku kenal. Layaknya orang gila akupu menjadi bahan tertawaan anak-anak kecil.
Tapi diantaran kumpulan anak kecil ada satu gadis kecil yang melepaskan ku dari ejekan anak-anak kecil.
''Sudah-sudah pergi kalian semua jangan ganggu kakak cantik itu,'' teriak Tiara nama gadis kecil itu.
Lalu Tiara pun mengajak aku ke tempat dimana ia tinggal yaitu Panti asuhan. Di Panti tersebut aku dikenalkan dengan Ibu Bunga orang yang mengasuh anak-anak Panti.
Ibu Bunga sangat baik hati, wajah ayunya hampir mirip dengan sosok Almarhum Bunda. Ibu Bunga sangat perhatian sekali denganku.
Aku banyak bercerita dengan Ibu Bunga tentang semua keadaan yang telah aku alami. Air mata yang jatuh dari ku langsung dihapusnya dan pelukan hangat Ibu Bunga mengingatkan ku kepada Bunda.
Ibu Bunga meminta kesedianku untuk menetap di panti asuhan ini. Tanpa berpikir panjang aku menerima dengan amat sangat gembira.
Di panti ini aku banyak belajar tentang arti kehidupan dan berbagai masalah. Cinta kasih yang tulus aku abdikan diri ku untuk kehidupan yang penuh cinta.
Kini aku mengerti, aku yang dulu menjadi seorang bidadari yang ternilai oleh uang ternyata semua apa yang ku dapat dan aku raih bukan semata-mata ternilai oleh Rupiah.
Letak surga dunia yang ku raih ternyata bisa ku raih hanya dengan rasa tulus cinta dan sebuah keikhlasan.
Sekarang aku menjadi seorang bidadari yang dikelilingi peri-peri kecil. Menebarkan kebahagian dan senyuman yang tulus.
Cerita oleh: Herjuno Raditiyo
Sedang asyik bermimpi dalam pelukan bintang dan bermain dengan peri-peri kecil, tiba-tiba terdengar suara ketukan yang membangunkan aku dalam gelapnya malam.
Rasa sedikit mengantuk masih ku rasa, waktu saat itu menunjukan pukul dua pagi, lalu ku bergegaslah aku membukakan pintu. Ternyata itu adalah bunda. Bunda memang terbiasa pulang hingga larut seperti ini. Karena Bunda bekerja sebagai cleaning service di suatu hotel.
Di dalam hati aku berkata “Andai saja ayah masih hidup pasti bunda tidak akan bekerja keras, namun mau tidak mau inilah takdir yang aku jalani bersama bunda”.
Oh ya nama ku Vira Sukmawijaya, biasa dipanggil Vira oleh teman-teman di SMA ku, nama Sukmawijaya itu adalah Ayahku. Ayahku adalah seorang pegusaha yang sukses saat beliau masih hidup namun karena terbelit hutang maka semua harta benda telah lenyap dan ayah pun saat itu sakit-sakitan hingga sebuah ajal menjemputnya.
Mungkin hidupku saat kecil sangat terlalu dimanjakan oleh ayah, mau apa saja tinggal tunjuk dan pasti dituruti oleh beliau. Namun kini bundalah yang bekerja untuk menyambung hidup. Banting tulang Bunda membesarkanku dan menyekolahkanku.
Kembali ke aktifitas saat itu hari sudah menujukan pukul 6, saatnya aku untuk berangkat sekolah, namun ku tidak sempat untuk berpamitan lantaran aku tidak tega untuk membangunkan bunda yang tengah dalam keadaan terlelap atau mungkin bunda sedang asyik bermimpi bertemu ayah.
Sesampainya di sekolah seperti biasa Jody menyapaku. Oh ya Jody adalah teman karibku, sejak kecil. Jody banyak membantu dalam urusan biaya sekolahku, Jody itu adalah anak rekan kerja ayah sejak dulu mungkin karena orang tua Jody banyak dibantu oleh ayah lantas kebaikan yang diberikan Jody dan orang tuanya merupakan balas budi. Entah bagaimana aku bisa membayar semua budi baiknya kepada ku dan keluarga ku.
Aku dan Jody kini tengah fokus dalam sebuah kompetisi antar sekolah. Kita berdua terpilih karena kita berdua memiliki prestasi yang bagus di sekolah.
Hari itu Jody mengajak ku toko buku untuk mencari bahan koleksi bacaan buku Jody. Setelah jam sekolah pun berakhir bergegaslah aku dan Jody untuk pergi.
Sesampainya di toko buku, aku dan Jody pun memisahkan diri karena kita memiliki selera bacaan yang berbeda.
Ketika aku berada disebuah stand buku sastra, ada seorang lelaki yang juga ikut membaca disampingku. Secara kebetulan aku pun ingin mengambil sebuah buku dan lelaki itupun juga mengambil buku yang sama.
Lalu dengan rasa malu aku melepas tanganku dari buku tersebut namun pria tersebut justru memberikan buku tersebut. Rasa malu sangat terpancar diraut wajahku.
Setelah ia berikan buku itu kepadaku dan kami saling berdiskusi tentang buku itu dan kamipun saling berkenalan. Jujur saat itu aku kagum denganya karena dia smart dan tampan.
Nama pria itu adalah Dery dia, karena asiknya kami ngobrol aku sampai lupa kalau aku ke toko buku bersama Jody. Dan jody pun menghampiri lalu ku kenalkanlah dia dengan Dery.
Hari sudah petang maka ku dan Jody memutuskan pulang ke rumah. Sepanjang Jody sempat mengatakan kalau Dery itu seperti pria aneh.
Ketika sampai di rumah, Bunda sudah menyambutku. Kebetulan Bunda tidak pulang sampai larut malam jadi aku bisa banyak sharing dengan Bunda.
''Bunda tahu nggak hari ini aku kenal sama cowok pas aku di toko buku tadi, dia tuh ganteng dan pinter banget,'' ucap diriku.
Lalu bunda pun memberiku sebuah nasihat kepada ku.
''Vira, kamu itu sekarang sudah gadis loh! harkat dan martabat mu sebagai wanita itu harus kamu jaga seutuhnya. Jadi memilih teman terutama laki-laki harus hati-hati,'' tegas Bunda.
Lalu aku pun memeluk Bunda dengan eratnya dan selalu mengingat apa yang baru saja diucap oleh bunda.
Semakin hari aku dan Dery semakin akrab, hampir setiap hari Dery selalu menjemputku saat pulang ke sekolah.
Pagi, siang, malam pikiranku hanyalah Dery. Hadirnya Dery seakan membuat hidupku menjadi lebih berwarna.
Cukup lama aku mengenal Dery ternyata timbullah benih-benih cinta diantara kita berdua. Hingga suatu ketika Dery pun menyatakan cinta di suatu tempat yang sekelilingnya dipenuhi lilin dan bunga-bunga indah. Wanita mana yang tak akan senang bila diperlakukan seromantis mungkin.
Tanpa pikir panjang aku pun menerima pernyataan cinta Dery. Ini kali pertama aku memiliki pacar. Namun aku belum berani untuk mengatakan kepada Bunda tentang hubungan ini maka mau tak mau aku harus menjalani backstreet.
Hanya Jody saja yang tahu hubunganku, ku pikir Jody tidak akan senang dengan berita ini namun Jody juga senang dengan kabar tersebut.
Hampir setiap hari Dery menemaniku dan hari-hari ku hanya ku habiskan bersamanya. Suatu ketika aku diajak Dery untuk ikut menghadiri pesta ulang tahun temannya. Karena Bunda sedang bekerja kala itu ia bekerja shift malam.
Aku pergi bersama Dery tanpa sepengetahuan Bunda. Saat itu aku dijemput Dery pukul 9 malam. Sesampainya di tempat di acara yang kita tuju, Dery mengenalkan ku kepada temannya bernama Alex.
Saat ku menginjakan tempat itu aku merasa aneh. Suara musik dan lampu yang gemerlap membuat ku sedikit kurang nyaman.
Ku sempat meminta kepada Dery untuk mengantarkan ku pulang namun Dery menyakinkanku untuk tetap disini.
Dery memberikan ku segelas minuman, entah itu minuman apa. Sepintas rasanya enak, namun lama-lama kelamaan aku pun merasa pusing. Dan disaat ku merasa pusing aku pun Dery memberiku obat.
Dia bilang dengan meminum obat itu pusing ku bisa hilang. Lalu ku minumlah, setelah ku minum efek yang ku rasakan badanku serasa enteng dan terbang.
Ayam jantan pun telah berkokok dan subuh pun tiba, kira-kira pukul 5 pagi aku baru sampai rumah. Aku pulang mungkin masih dalam keadaan mabuk.
Bunda yang sedang beribadah melihat kedatanganku dalam keadaan yang tidak normal. Bunda sangat tertegun sampai-sampai Bunda menangis pun tidak ku hiraukan, justru aku langsung mengurung diri dalam kamar.
Mungkin karena aku dalam keadaan mabuk, aku pun tak tahu apa yang terjadi. Ketika aku bangun Bunda pun sudah mengelus-elus rambut ku.
Lalu pun ia berkata kepadaku tanpa sedikit pun marah.
''Kemanakah kamu semalam nak, sampai setan merasuk tubuh mu saat subuh tadi, Bunda kecewa denganmu'', ucap Bunda sambil memberikan ku air putih.
Aku tak tahu harus jawab apa, karena aku sangat malu begitu perhatian Bunda dengan ku. Meski aku telah berbuat salah. Lantas aku pun menangis dipelukan Bunda.
Langit telah berubah Pergantian tugas bintang yang menerangi malam dengan Matahari, Setelah kejadian kemarin aku tidak masuk sekolah padahal tugas penting membawa nama baik sekolah namun aku tidak bisa hadir karena kejadiaan saat itu.
Setibanya sampai di sekolah, teman-teman ku melihat ku dengan wajah yang menggambarkan kekecewaan saat ku sapa mereka hanya diam dan mempalingkan muka.
Tiba-tiba Jody menarik tangan ku dan berkata mengapa semua teman menjadi sinis kepadaku.
''Kamu liat, wajah teman-teman kita terhadap kehadiran kamu. Mereka sangat kecewa kemana kamu saat perlombaan antar sekolah? Kamu tahukan kita ini partner mewakili sekolah kita. Tapi apa! kamu tidak hadir dan hingga pada akhirny sekolah kita didiskualifikasi,'' dengan marah Jody berkata.
Sumpah ucapan itu membuat aku lebih bersalah, karena kejadian waktu itu hingga membuat aku tidak masuk sekolah padahal aku harus mengikuti lomba antar sekolah malah aku tidak hadir.
Entah bagaimana aku, harus membalikkan keadaan menjadi seperti semula. Hanya dengan kata maaf pun juga tidak bisa membalikan suasana menjadi seperti semula.
Waktu pulang sekolah telah tiba, dan Dery pun menjemputku. Dery mengajak ku ke sebuah kafe untuk menjelaskan semua permasalahan, aku mencoba menolak tapi tidak bisa.
Sepanjang jalan aku ceritakan semua masalah, yang telah terjadi dan ada kepikiran untuk mengakhiri hubungan. Tapi Dery menolaknya, dan Dery pun meminta maaf dan berjanji untuk tidak akan mengulangi.
Sejak kejadian itu aku dan Dery memutuskan untuk long distance, karena aku harus fokus lulus sekolah sedangkan Dery melanjutkan kuliahnya di Bandung. Aku hanya berkomunikasi melalui telepon saja. Karena kita memang terpisah jarak dan waktu.
Setelah aku dinyatakan lulus sekolah, aku pun mendapatkan beasiswa masuk perguruan tinggi di Bandung. Aku sangat senang karena aku bisa meraih prestasi yang membanggakan untuk Bunda dan ini membuat kesempatan bertemu dengan Dery setelah satu tahun lamanya.
Selepas SMA seakan semua memiliki kehidupan masing sejak lulus SMA aku harus kehilangan sahabat karibku Jody yang melanjutkan kuliah di Australia. Banyak kenangan aku dengan dia dan jasanya juga tak akan pernah ku lupakan.
Tinggal jauh dari orang tua memang sangat berat, sebenarnya aku tidak tega meninggalkan Bunda sendirian di rumah namun Bunda telah menyemangati aku untuk menempuh pendidikan agar tercapai semua impianku.
Satu pesan yang diberikan Bunda kepadaku bahwa sebebas apapun anak merpati terbang pasti ia akan mengingat induknya dan setinggi apa pun merpati terbang dia bisa terjatuh karena kesalahannya sendiri.
Hingga di stasiun Kereta api telah membunyikan tanda keberangkatan dengan berat aku harus melepaskan pelukan erat ku dari Bunda.
Tibanya aku di Bandung, aku langsung menuju ketempat kost-an yang direkomendasikan oleh temanku. Tempatnya tidak jauh dari dimana aku kuliah dan biayanya yang murah.
Termenung aku di kota kembang ini “ Ini awal aku menapakan dengan restu seorang ibu yang membuat mental untuk bisa meraih mimpi, bukan sebuah mimpi bila kita hanya tetap melamun dalam kebimbangan. Bumi, Langit, udara dan air beserta isinya akan selalu menjadi bagian hidup yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan.
Tak butuh waktu lama aku mendapatkan teman, namanya Cita, dia adalah teman ku yang ngekost sama denganku. Beberapa hari aku di Bandung, aku pun juga bertemu dengan Dery. Ku ajak Dery ketempat dimana aku tinggal. Tak lupa ku juga mengenalkan dia dengan Cita teman kost ku.
Berbicara tentang Cita, ia bukanlah seorang mahasiswi melainkan dia bekerja. Namun yang ku heran entah dia bekerja dimana karena dia sangat tertutup.
Cita sangat baik dengan ku, dia selalu mentraktirku makan. Lagi-lagi timbul pertanyaan dalam benakku darimana ia bisa mendapatkan duit itu padahal ku jarang sekali melihat pergi bekerja.
Tapi Cita pernah mengajak ku sebuah tempat dimana semua itu adalah wanita-wanita cantik layaknya bidadari. Hingga pada akhirnya aku menyadari bahwa Cita merupakan seorang agency model. Karena aku memiliki fisik yang cantik Cita pun menawarkan ku untuk melakukan pemotretan perdana.
Ku pikir ini sangat menjanjikan sekali, karena ku memiliki fisik yang bagus maka sebuah majalah dewasapun mengontrakku.
Karirku semakin menanjak, dan banyak sekali tawaran pemotretan. Aku pun mendapatkan sebuah fasilitas berupa mobil dan tempat tinggal. Ini membuat mendapatkan segalanya dari profesi ku sehingga aku tidak perlu lagi tinggal di tempat kost.
Karena jadwal yang terlalu padat dan aku tidak bisa bekerja sendiri maka dery pun menjadi manajerku. Foto-foto sudah dimuat diberbagai majalah-majalah dewasa. Dan aku pun sudah semakin akrab dengan lampu blitz kamera.
Semakin menanjak karir ku semakin bebas kehidupan ku karena akau memiliki uang, disatu sisi aku memiliki pacar yang ku pikir dia setia karena Dery pula aku banyak mengenalkan tentang kota Bandung bahkan kehidupan malam di Bandung.
Sebenarnya aku takut dengan tempat seperti itu dan sempat menolak. Karena teringat kejadian waktu itu, namun aku tak bisa menyangkal permintaan Dery karena sebuah ucapan yang menyakinkanku.
Lama-lama kelamaan aku pun semakin akrab dengan dunia malam. Hampir tiap minggu aku mengujungiku.
Aku memang sekali berpergian ke luar kota Bandung dan sempat singgah di Jakarta namun apa daya karena sebuah jadwal yang padat aku tak bisa pulang ke rumah untuk bertemu Bunda.
Sudah hampir satu tahun semenjak aku menjadi model aku tidak kembali ke rumah padahal Jakarta Bandung tidak terlalu Jauh namun sekali lagi ku harus bersikap professional pada tuntutan kerja.
Selama menjadi model, aku selalu mengirimkan uang untuk kehidupan Bunda di Jakarta. Bunda yang kini tinggal bersama Sumi saudara sepupuku yang menemani Bunda sehari-seharinya selalu ku penuhi segala kebutuhannya.
Tiba-tiba aku termenung pada sebuah pepatah yang mengatakan semakin tinggi pohon semakin pula angin kencang yang menerpanya. Itu yang ku rasakan kali ini.
Sudah berapa hari aku tak dapat kabar dari Dery aku telah mencari tahu keberadaan ia. Karena semua uang ku, ku titipkan kepadanya.
Suatu ketika musibah datang kepadaku, dimana aku harus pulang ke Jakarta karena aku mendapatkan kabar bahwa Bunda sakit.
Mendegar kabar tersebut aku langsung seketika berangkat ke Jakarta. Sedikit penyesalan yang terjadi pada diriku, karena selama ini aku hanya sibuk untuk mencari lembaran-lembaran Rupiah.
Yang ada dipikiranku hanya rupiah hingga aku tidak memiliki waktu untuk Bunda. Setelah sampai di rumah sakit pun aku tidak bisa memeluk Bunda karena terkapar lemah tanpa sadar. Yang ada pada saat itu aku hanya bisa berdoa.
Sumi yang menemani ku di rumah sakit, dan Sumi pun menceritakan tentang apa yang menyebabkan hingga Bunda menjadi seperti itu. Sumi mengatakan Bunda mendadak serangan jantung karena melihat sebuah foto ku tanpa sehelai busana.
Entah siapa yang menyebarkan foto, tersebut sejujurnya profesi ku saat itu aku rahasiakan dari Bunda karena bila tahu pasti dia akan menolakku. Foto itu merupakan ulah tangan jahil yang sengaja mengambil gambarku tanpa sepengetahuanku.
Ketika aku mendengar kabar tersebut sentak membuatku sangat menyesal. Ternyata profesi yang ku jalani penuh dengan tantangan bahkan menjatuhkan martabat ku sebagai wanita.
Aku mencoba menelpon Dery untuk mengusut masalah ku ini namun tak ada kabar darinya. Lalu ku lupakan masalahku untuk hingga menunggu Bunda sadar dan pulih dari komanya.
Uang dan uang yang ku pikir semua akan bahagia dengan uang, layaknya bidadari cantik aku berlenggak lenggok dan semua orang melihat ku. Karena aku manusia yang butuh hidup dan uang menjadi prioritas. Tak salah aku berkata kalau aku ini bidadari uang.
Aku yang tertegun dalam doa, aku tenggelam dalam larutnya air mata ketika suster meminta ku untuk masuk ke ruang ICU karena Bunda yang siuman dan ingin berbincang.
Suara alat detak jantung yang menempel di dada Bunda dan selang nafas membuat Bunda berbicara dengan sekuat tenaga.
''Maaf kan Bunda nak, mungkin Bunda sudah gagal dalam mendidik kamu. Maafkan Bunda nak,'' ucap Bunda.
Aku hanya bisa menangis dipelukan Bunda, aku tidak mau Bunda terus menangis. Bunyi suara panjang dari monitor jantung berbunyi lurus dengan gugup pun aku langsung memanggil suster dan dokter.
Namun Tuhan sayang dengan Bunda hingga malaikat telah menjemput Bunda untuk berhenti mengikuti putaran dunia selamanya.
Hancur dan hancur, seakan teriakan dan tangisan ku tak bisa menjadi perminta maafa ku kepada Bunda. Sumi yang memelukku juga larut dalam kesedihan yang menghancurkanku. Taburan bunga yang menghampar di atas nisan Bunda membuat penyesalan, seakan-akan hidupku sudah tak berarti.
Gelap malam dimana hanya ada aku dan kenangan. Aku belum bisa berhenti menangisi kepergian Bunda meski aku harus mencoba untuk ikhlas dan merelakannya.
''Tuhan aku hanya meminta kepadaMu berikan Bunda surgaMu, aku tak tahu mengapa Kau cepat memisahkanku denganya. Padahal aku ingin membahagiakan uang hasil kerja keras yang selama ini ku lakukan untuk Bunda namun semuat jadi tidak berarti. Jika Engkau ingin menghukumku hukumlah aku Tuhan namun mengapa Engkau justru memisahkan ku dengan Bunda,'' berdoa aku sambil membuka foto kenangan indah.
Berapa minggu Bunda yang telah pergi, aku harus kembali ke Bandung untuk menyelesaikan semua masalahku. Tersimpan foto indah kenangan ku dengan Bunda yang selalu ku lihat setiap saat.
Kedatangan ku ke Bandung membuat lengkap penderitaan ku. Karena sibuknya aku di dunia model sehingga banyak waktu kuliah yang jarang ku hadir sehingga aku di DO dari kampus karena aku sudah melanggar ketentuan kampus.
Tidak hanya itu agency model sudah memutus kontrak kerja ku. Karena kasus beredarnya foto-foto syur yang sebenarnya bukan aku yang melakukanya. Dan aku melanggar perjanjian yang ada di kontrak. Lantas semua fasilitas yang telah diberikan dari mobil hingga rumah kini sudah bukan milik ku lagi.
Aku tak tahu apa yang aku lakukan di kota Kembang ini. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk menginap di tempat Cita.
Sesampainya di kost aku langsung menemui Cita, berharap ia mau mendengarkan keluh kesah ku dan memberikanku sebuah bantuan namun sebelum mengetuk pintu aku mendegar suara yang tidak asing di telingaku.
Ketika aku ketuk pintu ternyata orag yang membukakan pintu untukku adalah Dery, sentak ini mebuat aku terkejut dan tak bisa ku pendam lagi amarahku kepada Dery.
''Jadi beginikah kalian, memanfaatkan segalanya dari keluguan dan kebodohan ku. Sumpah aku tak menyangka kalau kamu tega, kau ambil semua uangku dan kini kalian tertawa di atas penderitaanku. Baik aku nggak akan ganggu kalian berdua sekarang nikmatilah kesenangan kalian berdua,'' teriak aku.
Lengkap semua penderitaan yang telah ku alami, hingga pada titik jenuh aku pun kehilangan arah tak lagi ku kenali mana malam yang bertabur bintang mana matahari yang bertabir senyum. Semua kini telah lenyap.
Merenung aku di sebuah taman kecil tak ada satupun yang ku kenal. Layaknya orang gila akupu menjadi bahan tertawaan anak-anak kecil.
Tapi diantaran kumpulan anak kecil ada satu gadis kecil yang melepaskan ku dari ejekan anak-anak kecil.
''Sudah-sudah pergi kalian semua jangan ganggu kakak cantik itu,'' teriak Tiara nama gadis kecil itu.
Lalu Tiara pun mengajak aku ke tempat dimana ia tinggal yaitu Panti asuhan. Di Panti tersebut aku dikenalkan dengan Ibu Bunga orang yang mengasuh anak-anak Panti.
Ibu Bunga sangat baik hati, wajah ayunya hampir mirip dengan sosok Almarhum Bunda. Ibu Bunga sangat perhatian sekali denganku.
Aku banyak bercerita dengan Ibu Bunga tentang semua keadaan yang telah aku alami. Air mata yang jatuh dari ku langsung dihapusnya dan pelukan hangat Ibu Bunga mengingatkan ku kepada Bunda.
Ibu Bunga meminta kesedianku untuk menetap di panti asuhan ini. Tanpa berpikir panjang aku menerima dengan amat sangat gembira.
Di panti ini aku banyak belajar tentang arti kehidupan dan berbagai masalah. Cinta kasih yang tulus aku abdikan diri ku untuk kehidupan yang penuh cinta.
Kini aku mengerti, aku yang dulu menjadi seorang bidadari yang ternilai oleh uang ternyata semua apa yang ku dapat dan aku raih bukan semata-mata ternilai oleh Rupiah.
Letak surga dunia yang ku raih ternyata bisa ku raih hanya dengan rasa tulus cinta dan sebuah keikhlasan.
Sekarang aku menjadi seorang bidadari yang dikelilingi peri-peri kecil. Menebarkan kebahagian dan senyuman yang tulus.
Cerita oleh: Herjuno Raditiyo